Sondag 31 Maart 2013

yuk buka usaha fotokopi


                     




Kredit Mikro Berhasil Kembangkan Usaha Fotokopi
 
Arifin disebut sukses karena saat ini ia tak hanya berhasil menambah mesin fotokopinya hingga menjadi empat buah, tetapi ia juga memiliki mesin laminasi, mesin jilid ring, aneka kertas untuk kebutuhan fotokopi dan penjilidan buku atau paper. Di tokonya yang berukuran sekitar 10 x 6m dihiasi pula aneka alat-alat kebutuhan kantor. Tak pelak jika para mahasiswa yang datang ke toko Arifin merasa terpenuhi kebutuhannya.

"Terus terang, dulu saya hanya punya mesin fotokopi satu buah. Itu saja modal saya," ucap Arifin di tokonya, Jl Karya Wiguna, tepatnya di belakang kampus Universitas Muhammadiyah Malang. Satu mesin fotokopi tersebut, menurutnya dibeli dari dana pensiun tahun 1999. "Waktu itu saya berpikir, uang pensiun ini harus saya gunakan untuk hal yang produktif. Tapi saya bingung usaha apa? Setelah saya lihat ada kampus UMM, saya dapat ide untuk membeli mesin fotokopi. Beberapa lama kemudian saya beli satu lagi. Saya yakin usaha ini bakal lancar," tambah pensiunan perusahaan korek api di Jatim ini mengenang masa lalu.

Setelah pensiun kebetulan seorang temannya menawarkan sepetak tanah untuk Arifin berwirausaha di belakang kampus UMM. Tawaran itu ia terima, lalu ia membuka usaha jasa fotokopi. Untungnya, Arifin boleh menempati tanah kosong itu tanpa bayar sewa sepeser pun. Sejak tahun 1999 itulah Arifin memulai usahanya.

Setelah usahanya berjalan 3 tahun, ia mendapat undangan penyuluhan dari Kepala Desa Kelurahan Tegal Gondo, Kecamatan Karang Ploso, Kabupaten Batu, Malang. Ternyata, pihak UMM bekerja sama dengan Bank Jatim siap membantu para pengusaha kecil di sekitar kampus itu dengan pemberian modal melalui Kredit Pundi Kencana. Tentu saja Arifin menyambut hangat tawaran berupa Kredit Mikro bagi wirausahawan kecil tersebut.

Oleh karena setiap pinjaman uang harus menggunakan agunan, ia pun memberikan surat tanahnya berupa sertifikat sebagai jaminan di Bank Jatim. "Untungnya saya punya sertifikat tanah, langsung saja saya ajukan pinjaman pada Bank Jatim dengan sertifikat itu sebagai agunannya," papar Arifin yang ditemui Dede Haeruddin dari Majalah GEMARI, belum lama ini.

Alhasil, awal tahun 2003 ini Arifin mendapat bantuan modal yang dijanjikan pihak Bank Jatim sebesar Rp 25 juta. "Alhamdulillah, uang itu saya gunakan untuk beli mesin fotokopi dua buah, mesin laminasi dan mesin jilid ring. Sisanya sayabelikan kertas, juga alat-alat kebutuhan lainnya," ujar Arifin seraya menjelaskan, sebuah mesin fotokopi seharga Rp 10,5 juta, mesin laminasi seharga Rp 1,25 juta dan mesin jilid ring Rp 1 juta.

Saat bersamaan, adiknya bernama Tuty, yang biasa mewarung dapat pinjaman sama, Rp 25 juta. Akhirnya Arifin membangun toko fotokopinya dua lantai. Bagian bawah untuk usaha fotokopi, sedangkan bagian atas untuk usaha warung makan atau depot makanan. "Jadi, mahasiswa yang mau memfotokopi atau menjilid di bawah. Tapi yang mau sarapan atau makan mereka dipersilakan naik ke atas di lantai dua," ujar pemilik Toko PRIMA ini sumringah.

Tak heran jika sebelumnya usaha Arifin agak tersendat kini menjadi semakin lancar. Bahkan, per hari rata-rata ia menghabiskan kertas folio untuk fotokopi sebanyak 20 rim. Dalam satu rim kertas berisi 500 lembar, jika 20 rim berarti 10.000 lembar. Harga per lembar fotokopi ia patok Rp 75. Maka, dari usaha fotokopi ini Arifin berhasil meraup uang per hari Rp 750.000.

Dengan adanya mesin-mesin fotokopi baru d an pengembangan usaha yang makin besar, kini Arifin mempekerjakan tujuh orang karyawan. Masing-masing karyawan, menurutnya mendapat upah berbeda sesuai dengan kemampuan mereka. Karyawan yang ahlinya hanya memfotokopi ia beri upah Rp 300.000 per bulan. Jika karyawan tersebut juga pandai menjilid buku atau paper, artinya tak hanya mampu memfotokopi, upahnya lebih tinggi hingga Rp 450.000 per bulan. Sedangkan karyawan yang teknisi mesin fotokopi diberi upah mencapai Rp 600.000 per bulan. Semua karyawan mendapat makan siang gratis di warung adiknya.

Saat ini, penghasilan bersih Arifin mencapai Rp 2 juta per bulan. "Alhamdulillah, setelah dipotong cicilan, bayar karyawan dan bayar listrik, masih tersisa uang yang bisa saya tabung," ujar ayah satu putri bernama Vivi Febria Rosanti, dari pernikahannya dengan Ny Emy Trisnowati.

Tentang sepetak tanah yang ia tempati untuk usahanya itu, Arifin mengaku, tidak bayar sama sekali, tetapi setelah 15 tahun seluruh rumah yang ia bangun akan dilimpahkan kepada pemiliknya. Belum lama dirinya berhasil membeli sebidang tanah ukuran 8 x 15m dekat kampus baru UMM yang tak jauh dari kampus lama.

"Saya sangat terima kasih atas bantuan modal dari Bank Jatim kerja sama dengan UMM. Kalau mendatang dapat bantuan Kredit Mikro lagi, saya mau buka usaha yang sama di tanah dekat kampus baru itu," kata Arifin antusias.
 
 
Isi Komentar Baca Komentar
Kirim Artikel Cetak Artike

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking